11.03.08 & 15.04.08

On: 31.10.08

11.03.08

malam sudah larut.

aku masih duduk, memikirkan segala kemungkinan-kemungkinan yang bisa aku ambil esok hari. Mungkin untuk saat ini masih ada kesempatan kembali seperti beberapa waktu yang lalu. Sulit memang untuk berada di saat ini. Aku masih belum tahu apakah salah untuk menunggu-nunggu hal yang aku sendiri masih ragu. Ya, mungkin aku-lah yang merasa tidak patut untuk berada di depanmu untuk saat ini.

Sambil lalu aku ingin sekali kembali menyadari aku masih belum terlambat dan terus mencoba supaya mengerti. Tidak ada salahnya mencoba. Dan mungkin tidak seperti saat ini hasilnya yang masih saja berputar-putar tidak jelas antara kembali menjadi pengagum atau jelas sebagai pelaku yang jujur memiliki maksud untuk menjadi bagian dari kehidupanmu.

Aku masih belum tahu apakah kamu tahu, mengerti lalu diam saja, menunggu dan pergi, atau bahkan sekedar lalu saja. Yang jelas semakin menuju kesini, batas antara kesabaran dan keputus-asaan tipis sekali.

Aku masih menjaga agar keduanya terpisah. Tapi mungkinkah perasaan ini wajar, seperti apa yang pernah kau katakan bahwa tidak ada yang salah, murni semua terjadi begitu saja. Kita tidak bisa mengelak bahwa kita telah menjadi terlanjur mengagumi salah seorang dari kita entah disadari atau tidak.

Mungkin benar aku harus mencoba dan itulah yang akan kulakukan, mencoba untuk yang pertama kalinya bahwa aku ingin menjadi bagian dari cerita hidupmu.

Seperti bau tanah yang hadir bersama air hujan yang turun sejak tadi siang.

15.04.08

Sudah sekian ratus hari aku menghitung peluang-peluang untuk kembali ke tempat terdekat denganmu. Seakan-akan dirimu semakin jauh hilang, tenggelam bersama lalu-lalang pedagang pasar simpang. Terlihat di depanku sebuah foto dirimu yang diam-diam kusimpan. Ya, aku masih mengagumimu, kagum atas mimpi-mimpimu, ceritamu, caramu menerima aku, memandangmu, dan caramu ketika terkejut melihatku menelusuri matamu.

Sementara akupun heran mengapa seorang sepertimu yang bagitu berharga sulit sekali untuk dimiliki. Ataukah aku terlalu pengecut untuk menunjukkan ketertarikanku padamu. Aku masih ingin melihat bajumu yang malam itu untuk terakhir kalinya aku melihatmu. Aku juga masih ingin kau mengisi kembali pikiranku yang kosong dengan mimpi yang tempo hari kita tuliskan bersama-sama.

Kemarin aku melihatmu begitu gembira, namun dimatamu aku melihat masih ada bayang-bayang diriku yang tak mungkin kau tepis. Aku tahu aku keliru, salah dalam beberapa hal. Tapi sampai kapan aku akan menemukan waktu yang tepat, menemukan waktu dimana kau kembali membuka percakapan dengan hening sejenak, mengharapkan aku membelai rambut lurus hitammu?

Atau ketika kau membawakan senyumanmu ketika aku kehujanan?

0 komentar on "11.03.08 & 15.04.08"

Posting Komentar