Archives for 2008

menuju matahari pertama

On: 30.12.08

suasana sama, kemacetan sama dalam otakku.
jalan-jalan dipenuhin muda-mudi yang berpikir ini tahun terakhir buat mereka,
hidup hanya sekali, katanya.
sementara dikolong jembatan para gelandangan terganggu tidurnya.
gelandangan tanpa resolusi-resolusi utopis,
gelandangan yang harapannya besok bisa makan dan tidak diganggu petugas ketertiban,
sedangkan diatas tempat tinggal mereka nanti malam akan macet.
gempita terompet berbalut kertas akan segera membahana.
meniupkan nafas-nafas aroma soda, alkohol jika mungkin.

tak jauh dari situ pompa bensin akan penuh sesak oleh mesin-mesin pembakar minyak,
malam nanti seakan satu liter bensin adalah satu bungkus hura-hura limited edition,
sementara diujung lain negeri ini berapa puluh orang antre untuk satu liter minyak tanah,
minyak tanah untuk sekedar menanak nasi, minyak tanah seakan nyawa bagi mereka.
sedangkan disini nanti malam minyak atau bensin atau apalah namanya dihamburkan demi menyongsong pergantian jam 11.59 ke jam 12.00
bahkan sekedar merayakan kalender baru, yang tiap bulan pun mereka lakukan.

disudut lain kota ini, nanti malam klub-klub bakal padat oleh muda-mudi anak jaman.
berpesta pora dengan cocktail di tangan atau botol beer di genggam,
diiringi dentum low bass yang sekenanya membius mereka melupakan ayah ibu mereka,
bahkan mungkin tuhan..
sementara tak jauh dari situ, masjid, gereja, vihara, pura, sepi.
kotak amal kosong melompong, panti asuhan lengang...

dan akupun berada dikota yang sama nanti malam,
duduk di kamar, menunggu jemputan mimpi,
menuju matahari pertama tahun depan..

cerita hujan

On: 28.12.08

Masih saja aku terjebak di hujan yang sama hari ini, hujan yang seolah enggan reda.
sementara dirimu begitu mudahnya datang dan pergi menghiasi rintik-rintik hujan, sakan-akan kau adalah dewi hujan.
di pinggiran jalan aku berhenti sejenak, kuhentikan langkahku, kuperiksa setiap sudut gang adakah kau disana siap dengan payungmu, adakah dirimu?

dan saat hujan mulai deras aku sadar, dirimu takkan pernah ada untuk saat ini,
berat memang,,namun aku harus terus mengejar bis kota yang mengantarku sampai ke tujuan

dan kudengar langkah-langkah kecil dibelakangku,
aku menoleh dan terkejut.
dirimu basah oleh deras air hujan, tanpa payung atau apapunlah.
aku masih sedikit iba, aku berhenti dan berbalik kearahmu,
dalam diam kutelusuri wajahmu,
kamu dan beberapa ingatanku mulai terhubung dalam sebuah drama ditengah hujan deras hari ini,
dan aku memelukmu erat dalam diam, derai airmatamu seakan terbiaskan air hujan,
dan sekali lagi aku masih belum bisa lepas darimu,
sepenuhnya,

dan dalam hujan aku berkata, maaf untuk kesekian kalinya.
tak ada jawaban,
dan hujan makin deras menenggelamkan suasana sore mendung hari ini,

desember, wajar kalau hujan

On: 10.12.08

11.12.08
2.03 am

desember.
selamat datang akhir tahun. sampai lagi di penghujung tahun. masih dengan sedikit cerita yang sama dengan bulan lalu. tidak bisa ditepis lagi. sebuah akhir tahun yang bakalan sedikit lecet.
tampak didepan sana setumpuk resolusi-resolusi sialan yang tak kunjung dipenuhi.
sedikit terganggu, coba akhir tahun bulan maret atau juli. sebuah harapan sia-sia.
segeralah musim semester ini berakhir.
gagal.
satu kata itu mungkin tepat. setelah satu semester gagal,sekarang gagal lagi.
lanjutkan dan ikuti saja kata hati, pikirku. toh, tidak semua yang gagal harus suram.

desember.
kembali sendirian aku akan melewati pergantian tahun. sedikit mengusik. hingga pada akhirnya harus kembali berpura-pura lagi, semua akan baik-baik saja.
dan tak bisa dipungkiri, hujan desember jahanam akan begitu saja mengguyur orang-orang yang bersandiwara dibalik tawa. begitu saja dia akan melunturkan warna-warni indah senyum palsu.
akhir tahun. semoga hujanmu tak sederas tahun lalu. aku ingin mencoba jas hujan baru buatan tahun lama. toh, sebenarnya jas hujan ini masih bagus, pikirku. tidak ada salahnya dengan jas hujan lebih tua.

desember.
tanjakan nampak terjal. beribu-ribu kalender siap dilengserkan. entah akan ada berapa memori yang akan ditutup rapat-rapat. dan masih ada yang membuka memori dan enggan menyimpan.

desember.
semoga berubah semuanya untuk menjadi lebih baik dan lebih bijak.

berhenti di kota ke tiga

kabut pelan-pelan merapat ke rimbunnya daun dan ranting pohon tepi jalan itu,
udara yang basah masih pekat dan harum oleh wangi batang pinus,
sisik buah pinus berkerisik terinjak ujung sepatuku.
aku dan jalan setapak sejajar berimpitan, menuju kelokan di depan sana.
tepat sehabis kelokan adalah kota ketiga.
tak sabar aku ingin sejenak berdoa disana.

just write it..

On: 8.12.08

"there is a pleasure in the pathless woods;
there is a rapture on the lonely shore;
there is society, where none intrudes;
by the deep sea, and music in its roar:
I love not man the less, but Nature more..."
- Lord Byron

9.12.08
12.18

semua energi terisi kembali setelah sebungkus penuh nasi kutelan.
hari ini dan entah sampai kapan seterusnya akan kujalani makan sehari sekali.
nikmat, itulah yang kurasakan ketika makan dalam kondisi yang sangat kelaparan.
aku membayangkan bagaiman orang yang tiga hari belum makan, tanpa rokok tentunya,
dan mungkin tanpa tempat tinggal.
sejenak kemudian kupikirkan masak-masak, betapa banyak nikmat yang belum kusyukuri.

menjadi susah sebuah pilihan, mungkin susah dalam persepsi kita,
namun bahagia dan damai bagi mereka.
seperti beberapa waktu lalu kutemui bapak tua tukang patri.
umurnya jelas sudah tua, dan aku yakin dia tahu pekerjaannya bisa dibilang sia-sia sekarang ini.
namun disela-sela langkah kaki rentanya, aku melihat kebahagian tertinggal.
terlihat senyumnya mengembang saat mengisap pelan rokok kreteknya.
dan dia nampak begitu ikhlas menunggu hujan reda disaat aku mengeluh kepada hujan.

mungkin dibalik kesusahan, ada beratus-ratus kebahagian menunggu.
entah itu saat kita berhasil melewatinya, atau ketika kita menjalani dengan tulus.
aku ingat betul, di gerbong ekonomi jurusan bandung-kutoarjo.
disitu aku duduk bersam ratusan orang-orang susah.
mereka tetap tersenyum ketika listrik padam, kereta berhenti sebentar-bentar.
bahkan ketika derik roda kereta keras menjerit ketika dipacu terlalu kencang.

beberapa diantara penumpang kereta, nampak tulus menunggu sampai stasiun tujuan.
dan ketika pagi menjelang kelongokkan kepalaku keluar.
dingin dan butiran embun menerpa seketika, hamparan sawah menyambut.
hal yang tidak aku dapatkan dari balik kaca bus eksekutif.

kesusahan bukan sebuah halangan untuk meraih kebahagiaan.
karena menjadi susah adalah sebuah pilihan untuk meraih bentuk kebahagian lain..
yang sulit digambarkan.


arrgghhhh

On: 1.12.08

kosan naik, dolar naik
uang saku turun, gaya hidup turun
iman turun, semangat turun
aktivitas naik, pengeluaran naik
kesehatan turun, prosentase kuliah turun.
naik, turun
arrgghhhhh

sebuah cerita dalam ruang-ruang maya

On: 26.11.08

25.11.08
9.34 pm


aku menemukan pigura itu tergantung begitu saja
didinding kios berukuran 17" x 12".
menyaru dalam los-los gelap tanpa penjual
aku melihat lama lukisan dalam pigura itu
kosong,
namun berbicara banyak
aku terhenyak pelan
ketika pigura itu bergetar dan perlahan
memunculkan gambar perempuan cantik.
cantik tapi hambar, pikirku.
hambar oleh batas.
batas-batas semu dari penjual pigura.
hahaha..
aku tertawa sinis,
sebentar-sebentar kulihat pigura itu dengan takjub.
darimana penjual itu mendapatkannya.
sebuah pigura berlukiskan perempuan cantik hambar.
dan aku ingin segera pergi.
lampu di los itu sudah dimatikan.
los IV nomer 715,
kutuliskan dalam-dalam di otakku.
dan aku sudah di pintu gerbang pasar.
masuk kedalam sebuah bilik kecil.
seorang petugas tak berwajah mencatat namaku.
dan aku menandatangani buku tamu pasar itu.
sedikit pesan bagi sang empunya pasar.
tetaplah buka ketika libur hari besar, pikirku.
dan aku telah di bus kota, jurusan ufuk selatan pasar itu.
aku membeli pigura itu berapapun harganya, bisik hatiku.
dan pasar itu menghilang di pekatnya asap knalpot bus kota.

sebuah cerita tentang dewi pergi pagi #2

On: 24.11.08

aku terjaga di hamparan pasir luas, dibawah langit hitam dengan sedikit sekali bintang.
haus. itulah yang melanda sepanjang kerongkonganku.
dimanakah oasis itu berada, tanpa peta dan kompas?
oh tuhan, berikanlah oasismu padaku, begitulah kira-kira doa didalam hatiku.
atau setidaknya berikanlah fatamorgana sebagai sebuah harapan semu untukku,

tapak demi tapak kujejekkan kakiku di pasir dingin ini.
desir suara pasir menyeruak mengalahkan semilir angin malam,
dan aku terus melangkah, menuju gugus bintang dibatas cakrawala sana.
setidaknya aku masih hidup pikirku.

haus sudah hilang dengan sendirinya. tampak didepan sana sesosok manusia terduduk diam.
aku bergegas menuju ke arahnya. dalam hatiku, semoga dia membawa air.
tidak kupedulikan pasir masuk ke dalam lipatan celanaku.
aku terus mempercepat langkahku.
dekat..dan semakin dekat saja nampaknya.

aku terengah-engah tak berdaya dihadapan sosok itu.
dia perempuan, sebaya denganku.
dia agak terkejut melihatku, disekanya cepat-cepat air matanya.
"maaf.." ujarku.
"em..iya..eee..gapaa.."jawab perempuan itu.
sejenak aku tertegun, lelaki mana yang tega meninggalkan perempuan secantik dia.
sementara dinginnya malam menerobos tulang-tulangnya,
dan sepi serta merta memeras air matanya sampai kering.

"apa yang kamu lakukan ditempat seperti ini?"tanyaku pelan.
"aku menunggu cintaku yang lepas pergi mencari arah.."jawab perempuan itu sedikit terisak.
"lantas mengapa kau begitu setia?"sambungku.
"aku ingin menjadi perempuan yang baik.."perempuan itu berkata sambil menengadah ke atas.
rasa hausku seketika berubah menjadi iba.
iba akan perempuan didepanku.
tulang pipinya begitu bagus demikian juga dagunya.

sejenak kutarik nafas dalam-dalam, aku duduk disampingnya.
"barada diposisimu sekarang sungguh tidak bisa kubayangkan" aku membuka percakapa.
dia tersenyum perih sebentar.
tak lama kemudian, dia lalu bercerita semuanya.
tentang kehidupannya, masalah dan alasan dia berada di tengah gurun ini.

aku terdiam, pasir berderai lagi.
kubenarkan posisi dudukku.
"dengarkan wahai kau kaum hawa, lihatlah bintang diujung sana"sambil kuarahkan acak ke satu bintang paling terang di sebelah kiri kami duduk.
"bintang itu setia bersinar memberikan arah bagi orang tersesat sepertiku."ujarku.
"begitu juga dirimu, cintamu yang pergi biarkanlah, dia bukan satu-satunya.."
"ada yang pergi ada pula yang datang, begitulah hidup berputar"aku mencoba menghibur.
"tapi itu kukembalikan kepadamu"kataku.
"hidup terlampau singkat dihabiskan untuk menunggu,
lihatlah kedepan, dan mulai mencari bintang untukmu sendiri" ujarku sambil kembali berdiri.

aku tidak mau mengumbar kata-kata lagi.
cukup.
dan aku pamit pada gadis itu.
kembali berjalan menyusuri padang pasir luas mencari oasis.
ketika sudah berjalan beberapa langkah, kusempatkan kutoleh kebelakang.
gadis itu sudah bangkit dan berjalan dengan pasti.
ya..
seorang dewi telah pergi pagi.
mencari miliknya yang entah berada dimana.
dan aku mati di tengah gurun itu.

pagi buta & teh panas

On: 22.11.08

jam setengah empat waktu indonesia bagian barat.

didepan layar komputer aku masih terjaga.
entah berapa jam lagi aku akan tidur, aku masih belum tau, belum ingin mungkin.
disampingku teh panas baru kubuat. teh celup dua kali pakai dan buang. hahaha.
masih dengan kaos kemarin, celana kemarin dan rambut keramas dua hari yang lalu.
terpampang jelas di layar crt-ku sebuah foto atau gambar ya...seorang perempuan.
perempuan yang cantik sekali menurutku, atau ayu?
cantik dan ayu menurutku berbeda. cantik lebih kepada kesempurnaan bentuk yang fana. muncul karena takdir/keturunan yang tepat. sedangkan ayu, kombinasi cantik 40%, lebihnya adalah kesempurnaan aura dan inner beauty yang pas tidak berlebihan. ditambah bahasa tubuh yang "khas".
para pria pasti tau lah..

teh itu masih mengepul asap panasnya.
keseruput perlahan. nyaman di dalam.
masih dengan foto yang sama dari malam ke pagi begitu seterusnya jika listrik tidak anjlok.
namun di pagi buta ini tampak beda, lain dari biasanya.
entah mengapa aku enggan untuk meneruskan rutinitas ini lagi.
yah, aku bosan. titik.
aku lelah.
seperti teh celup yang sudah berulang kali dipakai, hilang rasanya, hilang warnanya.
cukup pikirku, aku tak bisa lebih jauh.

pagi buta & teh panas itu menjadi saksi bisu, betapa sebuah rasa menjadi Tuhan yang palsu.
menipu sebagian manusia yang lupa diri.

dan di pagi ini aku harus berhenti, entah sampai kapan.
dan teh panasku mulai hangat.
selamat datang hari baru.

novemberkeringat

On: 15.11.08

novemberkeringat

yah bulan november memasuki hari ke-16, masih dengan hujan-hujannya. anehnya aku masih saja berkeringat. awal bulan ini aku tiba-tiba dihadpkan pada kebijakan bapak kosan baru yang sama sekali diluar logika. yah kebiasaan membayar kewajiban di pertengahan bulan harus dimajukan. dengan alasan untuk bayar ini, bayar itu, bayar apa lah...
padahal kalu dilihat si bapak ini sudah lebih dari cukup, liat saja jumlah kontrakan yang dimilikinya. namun mau tidak mau aku membayar kewajibanku tidak di awal bulan tapi di tengah bulan. dengan bonus sedikit umpatan halus dari si bapak kosan.
sudah cukup jengah sebenarnya, tinggal di kosan dengan kamar sedang, tidak pernah terkena matahari, yah cukuplah untuk sekedar tidur dan tinggal. tapi yang menjadi masalah sekarang adalah hawa ketidakramahan pemilik baru kosan yang begitu panas membuat gerah setiap senin sampai sabtu. gerah diawal bulan pikirku...

minggu pertama bulan ini,
assistensialan.
lagi-lagi aku dan teman-temanku bersikeras menghadapi senin keparat itu dengan susah payah. setelah presentasi akhir bulan lalu yang menyisakan kekesalan yang serupa diantara kami, kita harus menghadapi senin yang sangat terik. terik dengan kewajiban yang aneh, kewajiban yang miskin perhitungan, yang mungkin sah-sah saja kami langgar. sekedar pemenuhan tuntutan moral mungkin. haha. dan senin itu dimulai jam sebelas. jauh dengan kata-kata dosen jam setengah sepuluh. yah, lagi-lagi lagu lama. status quo dosen. mahasiswa = menurut saja biar aman. hahaha. assistensi. bakalan terus menjadi batu loncatan yang bagus. bagus sebagai terapi awal minggu..

minggu kedua bulan ini,
hungrywallet.
setelah bayar sana bayar sini jumlah uang didebetku semakin habis. jatah bulanan yang diukur dengan kebutuhan hidup di kota ini termasuk sedikit itu akhirnya menuju batas terakhir. padahal akhir bulan masih 13 hari lagi. kasihan perutku ini 2 mingu kedepan. belum lagi ada acara di bulan ini yang bakal menarik lebih dalam isi kantongku. hahaha..
mitos mata air uang, berharap nyata..
berkeringat lagi dompetku menuju akhir bulan ini..

sebuah cerita tentang dewi pergi pagi...

On: 3.11.08



nun jauh disana, ada seorang gadis ayu penunggang kuda. dia tinggal di sebuah gubuk di tepi sabana. dia tinggal sendirian, hanya dia, kuda dan seekor angsanya.
suatu saat dia menemukan ikan di padang pasir. ikan itu bekedip padanya..
gadis itu terkejut, kemudian ia cepat-cepat membawa ikan itu ke dalam gubuknya..dicarinya sebuah wadah dan dituangkannya air segar, ikan itu dilepaskan kedalamnya....
" kau kuberi nama Lalang..."kata gadis itu.

pada suatu malam, gadis itu menangis sendirian. kemudian ia bergegas mengambil Lalang bersama wadahnya.

" lalang, apakah kau tahu, aku sedang merasakan pelik yang teramat sangat..
aku kesepian..aku ga tau kenapa.....merasa tak berguna lagi"

"tak adakah mesin waktu, atau apalah namanya yang mengantar aku ke tempat yang aku inginkan?" kata si gadis.

Lalang pun diam, ia hanya berlalu-lalang mengambil nafas dengan teratur.

"kaupun tak bisa menyelesaikan masalahku..sama seperti kuda dan angsaku" gadis itu kembali berkaca-kaca.

ditaruhnya kembali si Lalang dan wadahnya di meja sebelah kasurnya. gadis itu keluar dari gubuknya. ditatapnya langit luas, dihirupnya nafas dalam-dalam...
disekanya air mata di pipi indahnya..

hari berganti, si gadis kembali ke kehidupannya seperti sediakala.
yah, kadang bersuka ria sesekali jatuh bercucuran air mata. pada suatu waktu, si gadis ingin melakukan perjalanan yang jauh. dia memutuskan untuk melihat lebih luas dunia tempat dia tinggal..
untuk melakukan hal itu, ditanyainya satu persatu hewan peliharaannya yang telah menjadi teman hidupnya selama ini.

dia bertanya kepada kudanya..
" kuda,,kuda...taukah selama ini aku begitu banyak menyusahkanmu? aku sering memarahimu sedangkan aku membutuhkanmu sebagai teman kemanapun aku pergi..
aku ingin berterima kasih untuk semuanya.
esok aku pergi untuk melihat luasnya dunia di sekelilingku..aku ingin engkau tetap di gubuk kita ini bersama si angsa, dan si lalang..jagalah mereka untukku ya..."sambil sesekali gadis itu mengelus rambut kudanya..
sesaat gadis itu terdiam, dia menemukan hal yang ganjil, hal yang jarang sekali ia temui selama ini..

kemudian pada angsanya dia berkata..
"angsa,,angsa...taukah selama ini aku begitu banyak menyusahkanmu? aku sering memarahimu sedangkan aku membutuhkan telurmu..hehehe aku ingin berterima kasih untuk semuanya.
esok aku pergi untuk melihat luasnya dunia di sekelilingku.. aku ingin kau tetap menurut pada si kuda...
sesaat gadis itu terdiam, dia menemukan hal yang ganjil, hal yang jarang sekali ia temui selama ini..

lalu kepada Lalang si ikan mas, ia sedikit menahan tangisnya..sebuah teman baru yang sebentar lagi akan dia tinggalkan..
"Lalang, terimakasih untuk semuanya..terlambat kau muncul untukku saat ini..mungkin kita bisa mengenal lebih jauh lagi andaikata kau kutemukan lebih dulu...sekali lagi terima kasih untuk menjadi teman yang baik selama ini..."kata gadis itu...




Bersama hilangnya kabut pagi, gadis itu berangkat..di gelapnya pagi, berlomba dengan datangnya mentari di ufuk timur...
menggelar cerita baru..

c.i.g.a.r

On: 2.11.08


habis sudah asap ini, tidak ada lagi kepulan-kepulannya
yah..lagi dan lagi asap ini menyeruak lalu hilang begitu saja

sisipan rasa perih di mata sebentar lagi hilang, batinku

bara yang sejak tadi padam, menghitam
menjadi secuil arang dan debu, kotoran mungkin..
kotoran yang tadinya sebuah bara
membakar racun,
menemani malam dengan nyalanya

seperti biasa waktu menghabisinya
menjatuhkannya pada alas kayu penuh bekas terbakar
memisahkannya dengan asap kebiruan yang tadi begitu dekat
menyisakan... ya menyisakan
selalu ada sisa
tak ada yang sempurna, katanya...
dari nyala menjadi mati

dari dekat menjadi jauh

dari padat menjadi rapuh

dari habis lalu...

kunyalakan lagi sebatang..

batas

On: 31.10.08

batas

Aku berada di tempat yang belakangan ini sering aku kunjungi. Sebuah batas antara yakin dan ragu. Keduanya bercampur. Disitulah aku duduk membuka-buka kembali apa yang telah aku dapat sebelum aku sampai di tempat ini. Menghitung lagi jumlah waktu yang terbuang dibandingkan hasil yang untuk saat ini jauh dari yang pernah aku kira.

Semakin terjal saja apa yang akan aku lewati didepan sana. Entah di terjalnya jalan itu ada berapa turunan yang menyulitkan aku untuk menjaga irama langkahku ataupun tanjakan yang memudahkan sekaligus menyesakkan ketika kakiku mulai lemas dan tak kuasa menopang badanku yang penuh muatan-muatan abstrak. Belum lagi kalau ada tikungan yang membuang jauh kearah luar, yang akan mengacaukan perhatianku.

Disinilah aku mulai merencanakan apa yang sebaiknya aku bawa. Tak cukup hanya sebuah niatan saja dan semua tercapai. Ada sedikit mantra-mantra mungkin untuk menjaga keadaan yang sekarang masih bisa diatasi. Atau mungkin sebungkus mimpi yang bisa dihabiskan saat malam datang.

Aku ingin tidur sebentar dan menemukan diriku ada bersama dirimu yang memakai sayap putihmu di punggungmu. Melihatmu tersenyum mendengar aku mengarang cerita tentang bodohnya diriku. Dan kita terdiam untuk beberapa saat. Disaat itulah aku ingin mengetahuimu lebih jauh.

Dan akupun tertidur di perbatasan itu.

11.03.08 & 15.04.08

11.03.08

malam sudah larut.

aku masih duduk, memikirkan segala kemungkinan-kemungkinan yang bisa aku ambil esok hari. Mungkin untuk saat ini masih ada kesempatan kembali seperti beberapa waktu yang lalu. Sulit memang untuk berada di saat ini. Aku masih belum tahu apakah salah untuk menunggu-nunggu hal yang aku sendiri masih ragu. Ya, mungkin aku-lah yang merasa tidak patut untuk berada di depanmu untuk saat ini.

Sambil lalu aku ingin sekali kembali menyadari aku masih belum terlambat dan terus mencoba supaya mengerti. Tidak ada salahnya mencoba. Dan mungkin tidak seperti saat ini hasilnya yang masih saja berputar-putar tidak jelas antara kembali menjadi pengagum atau jelas sebagai pelaku yang jujur memiliki maksud untuk menjadi bagian dari kehidupanmu.

Aku masih belum tahu apakah kamu tahu, mengerti lalu diam saja, menunggu dan pergi, atau bahkan sekedar lalu saja. Yang jelas semakin menuju kesini, batas antara kesabaran dan keputus-asaan tipis sekali.

Aku masih menjaga agar keduanya terpisah. Tapi mungkinkah perasaan ini wajar, seperti apa yang pernah kau katakan bahwa tidak ada yang salah, murni semua terjadi begitu saja. Kita tidak bisa mengelak bahwa kita telah menjadi terlanjur mengagumi salah seorang dari kita entah disadari atau tidak.

Mungkin benar aku harus mencoba dan itulah yang akan kulakukan, mencoba untuk yang pertama kalinya bahwa aku ingin menjadi bagian dari cerita hidupmu.

Seperti bau tanah yang hadir bersama air hujan yang turun sejak tadi siang.

15.04.08

Sudah sekian ratus hari aku menghitung peluang-peluang untuk kembali ke tempat terdekat denganmu. Seakan-akan dirimu semakin jauh hilang, tenggelam bersama lalu-lalang pedagang pasar simpang. Terlihat di depanku sebuah foto dirimu yang diam-diam kusimpan. Ya, aku masih mengagumimu, kagum atas mimpi-mimpimu, ceritamu, caramu menerima aku, memandangmu, dan caramu ketika terkejut melihatku menelusuri matamu.

Sementara akupun heran mengapa seorang sepertimu yang bagitu berharga sulit sekali untuk dimiliki. Ataukah aku terlalu pengecut untuk menunjukkan ketertarikanku padamu. Aku masih ingin melihat bajumu yang malam itu untuk terakhir kalinya aku melihatmu. Aku juga masih ingin kau mengisi kembali pikiranku yang kosong dengan mimpi yang tempo hari kita tuliskan bersama-sama.

Kemarin aku melihatmu begitu gembira, namun dimatamu aku melihat masih ada bayang-bayang diriku yang tak mungkin kau tepis. Aku tahu aku keliru, salah dalam beberapa hal. Tapi sampai kapan aku akan menemukan waktu yang tepat, menemukan waktu dimana kau kembali membuka percakapan dengan hening sejenak, mengharapkan aku membelai rambut lurus hitammu?

Atau ketika kau membawakan senyumanmu ketika aku kehujanan?