menuju matahari pertama

On: 30.12.08

suasana sama, kemacetan sama dalam otakku.
jalan-jalan dipenuhin muda-mudi yang berpikir ini tahun terakhir buat mereka,
hidup hanya sekali, katanya.
sementara dikolong jembatan para gelandangan terganggu tidurnya.
gelandangan tanpa resolusi-resolusi utopis,
gelandangan yang harapannya besok bisa makan dan tidak diganggu petugas ketertiban,
sedangkan diatas tempat tinggal mereka nanti malam akan macet.
gempita terompet berbalut kertas akan segera membahana.
meniupkan nafas-nafas aroma soda, alkohol jika mungkin.

tak jauh dari situ pompa bensin akan penuh sesak oleh mesin-mesin pembakar minyak,
malam nanti seakan satu liter bensin adalah satu bungkus hura-hura limited edition,
sementara diujung lain negeri ini berapa puluh orang antre untuk satu liter minyak tanah,
minyak tanah untuk sekedar menanak nasi, minyak tanah seakan nyawa bagi mereka.
sedangkan disini nanti malam minyak atau bensin atau apalah namanya dihamburkan demi menyongsong pergantian jam 11.59 ke jam 12.00
bahkan sekedar merayakan kalender baru, yang tiap bulan pun mereka lakukan.

disudut lain kota ini, nanti malam klub-klub bakal padat oleh muda-mudi anak jaman.
berpesta pora dengan cocktail di tangan atau botol beer di genggam,
diiringi dentum low bass yang sekenanya membius mereka melupakan ayah ibu mereka,
bahkan mungkin tuhan..
sementara tak jauh dari situ, masjid, gereja, vihara, pura, sepi.
kotak amal kosong melompong, panti asuhan lengang...

dan akupun berada dikota yang sama nanti malam,
duduk di kamar, menunggu jemputan mimpi,
menuju matahari pertama tahun depan..

0 komentar on "menuju matahari pertama"

Posting Komentar